Sepatu Bilah Pedang

Sepatu Bilah Pedang

Beda Aruna P.

 

-Jalan berliku melantunkan tepukan tiap langkah kaki yang mencoba berjalan dengan anggunnya-

Hanya sepatu bilah pedang yang aku punya. Hadiah dari Kawan Lama, kuterima saat aku mulai bernapas di dunia. Hanya sepatu bilah pedang yang aku punya. Mata pedangnya selalu bercumbu dengan telapak kaki. Menyayatkan janji-janji yang tertulis jelas di telapak kaki, meneteskan darah segar yang terjanji.

Continue reading

Membalik Mimpi dan Angan

Membalik Mimpi dan Angan

 Beda Aruna P.

            Melihat langit, mengingatkanku akan kenangan terindah yang pernah kurasakan. Yaitu, aku pernah bermimpi dan mengejarnya hingga aku merasa putus asa. Kejadian itu tak indahnya bagaikan sebuah tayangan TV yang menawarkan sejuta angan dan harapan bagi yang mendambakan sebuah cinta. Kejadian itu tak indahnya bagaikan melihat pasangan yang berbahagia dan aku hanya terdiam melihat kemesraan yang tidak dapat aku rasakan. Betapa tergerusnya hati ini, yang mencoba untuk tetap tegar dan tabah melalui masa-masa yang memuakkan ini. Dan aku hanya melihat sebuah kemunafikan yang terbiaskan cemburu ini.

Sungguh, betapa aku marah..

Sungguh, betapa aku cemburu melihatnya..

Continue reading

Mengenal Suara Tuhan

Mengenal Suara Tuhan

Trilogi pertama dari “Ia Anonim”

Oleh: Beda Aruna Pradana

 

Sekali mendengar suara bising, telinga ini langsung merintih kesakitan. Menggerus gendang telinga hingga menyakitkan saraf-saraf rapuh ini. Mengenal suara bising, menyiksaku hingga hari ini. Sehingga aku selalu menghujat kebisingan. Kebisingan yang diciptakan oleh manusia sendiri.

Awalnya aku juga menyukai suara tawa. Memang membuat hati menjadi nyaman, namun aku merasa menjauh dari diri sendiri. Tawa itu berlagak semu, hanya ada ketika kawanan orang tersebut bertemu. Mereka tertawa, menertawakan hal yang tidak aku pahami, bahkan aku merasa terasing oleh bahan tawaan. Continue reading

Malam Satu Jam

Pernahkah kamu ingat? Bahwa sebuah kisah klasik dapat membahagiakan sebuah harapan.

Pernahkah kamu ingat? Bahwa kenangan itu tidak dapat hilang dari memori yang terdalam?

Kini aku mengingat kembali kisah itu, sebuah kisah yang membuatku mengatakan, “ya, sudahlah..”

Kisah ini dimulai dengan langit malam yang cerah, bintang-bintang bertaburan dan bulan membulat dengan terangnya. Aku menikmatinya dengan merebahkan badanku diatas atap rumah, agar aku semakin dekat pada langit malam.

Sungguh indah malam ini, aku bisa memanjakan mata yang sudah layu ini..

Dari atas atap ini, kamu juga sedang merebahkan dirimu, menatap keatas. Dirumahmu sendiri, aku berharap kamu melihat hal yang sama sepertiku. Tetapi pandanganmu terus tertuju pada handphone canggihmu, yang menyinari wajahmu dengan angkuhnya..

Ya, sudahlah..

Sekian saja, biarkan aku menikmati malam ini.

Mengangkat Sauh

Di pelabuhan ini aku mulai merasakan betapa pentingnya dirimu. Tanpa alasan yang jelas, aku mulai merindukanmu di kemudian hari. Di pelabuhan ini aku mulai merasakan betapa indahnya malam ini. Begitu cerahnya langit malam, bintang-bintang berserakan membentuk sebuah tanda baru.

Lebih baik aku mulai bergerak, lebih baik aku mulai berpikir untuk melepasmu. Semua ocehan ini ada benarnya, bahwa aku harus mulai bergerak kepada sang pulau baru. Mengarungi lautan lepas, membawa pada petualangan baru, namun melepas pijakanku dari pelabuhan ini membawa pada kenangan baru.

Di pelabuhan ini, aku mulai mengangkat sauh, kapal ini mulai berlayar. Menuju ke pelabuhan yang lain di pulau yang baru. Dari atas kapal, aku mengucapkan “terimakasih”.

Hari-hari berlalu dengan lambat di atas kapal ini. Waktu menjadi sebuah ilusi bagiku. Kepastian untuk segera berlabuh menjadi sebuah impian. Di atas kapal ini, aku mulai mendaraskan doa.

“Bila memang sebuah pemberhentian menjadi nyata bagiku, maka biarlah aku merasakannya segera. Bila engkau memang menjadi misteri, biarkan aku segera mengetahuimu. Sebab hanya aku dan Dia yang boleh tahu tentangmu. Bila hanya ini doaku, maka segeralah engkau memohon padaNya”

Seiring dengan doaku ini, malam mulai menyingkap langit kembali, kali ini rembulan muncul dengan eloknya. Menggugah mata, memberkaskan cahaya semu di bola mata. Hanya ada sang rembulan dan aku semata, mengumbar rindu dan bertegur sapa. Hingga… cahaya mercusuar nampak membuyar dan fokus.

Pulau baru itu telah nampak, pelabuhan itu juga telah nampak. Kenangan sudah selesai aku tulis, hingga pelabuhan baru itu membuatku harus menambatkan kapal ini.

Sekali lagi, sauh sudah diturunkan. Dalam ucapan syukur, aku berkata “bahagianya bisa bersamamu”.

 

Eksodus

Eksodus

Trilogi terakhir dari “Exogenesis”

Oleh: Beda Aruna Pradana

 

Sambil menyeduh secangkir kopi, aku mengakhiri sore ini dengan begitu santai. Secangkir kopi disebelah kananku, dan tumpukan komik disebelah kiriku.

“Ah, ini secuil nikmat surgawi yang dapat aku petik..”—pikirku sambil terus membaca komik. Tak ada SMS yang mengganggu, tidak ada telpon yang harus dijawab, dan tidak ada internet yang terkoneksi. Ya, benar-benar memanjakan jasmani.

Membolak-balik halaman demi halaman sebuah komik, komik lama yang aku kumpulkan sejak dulu. Komik ringan yang sudah tidak dicetak ulang di masa kini. Tertawa, melihat kelucuan atau kekonyolan karakter. Terkagum-kagum, mendambakan petualangan sesungguhnya seperti dalam komik. Bahkan merasa iri melihat romansa yang terjadi di dalam komik. “Ahh, komik.. tidak ada habisnya..”, ucapku sambil meraih cangkir kopi.

Kertas komik itu sudah lusuh, tapi tidak tersobek-sobek. Masih utuh halamannya, dan “um? Kok ada halaman yang terganjal kertas?” pikirku setelah mengambil sebuah komik baru. Rupanya, sebuah kertas buku yang terlipat dan terselip. Continue reading

Arti Gunungan Wayang Gapuran Yogyakarta

 

             Dalam pagelaran wayang kulit, gunungan wayang selalu menjadi ikon utama. Setiap memulai dan mengakhiri peristiwa, itulah saat gunungan wayang digunakan. Banyak yang bertanya, apa sih gunungan wayang itu, dan apa arti dari gambar-gambar yang ada di dalamnya. Mari, akan saya jelaskan.

            Disebut gunungan karena bentuknya seperti gunung dan mempunyai makna gegunungan atau tetunggul, yang berisi mitos sangkan paraning dumadi, yaitu asal mulanya hidup dan juga disebut Kayon. Selain menggambarkan pepohonan, kata kayon tersebut mempunyai arti kayun (bahasa Kawi) atau kehendak, dalam pengertian bahasa Arab yang mempunyai makna hidup. Pada umumnya, gunungan mempunyai dua macam bentuk, yaitu kayon laki-laki yang agak meruncing bentuknya dan kayon perempuan yang bagian bawahnya nampak lebih besar lebar (dalam bahasa Jawa: mblenduk, maksudnya seperti pantat perempuan). Continue reading

Sendiri

 

Sendiri…….

Hati ini hitam, gelap, dan kosong

Tak ada yang menemaniku

Sendiri……..    lagi………..

Hanya aku, tak ada yang lain

Kalau begini aku ingin menjadi hantu, bebas berkeliaran di malam hari

Untuk mengobati rasa sendiri ini

Biarpun masih sendiri,

Aku masih dapat membunuh yang menyendirikanku.

Pergi ke sungai, kuburan, hutan, dan gunung pun jadi.

Tak dikekang oleh uang.

Aku tak peduli pada orang-orang yang membenciku,

Toh mereka bisa aku bunuh.

Untuk membawaku pada pesta kematian

 

DAUN YANG RONTOK DARI POHON

DAUN YANG RONTOK DARI POHON
by:  Beda Aruna Pradana

    “Apa! Ada tugas mbuat cerpen!”, teriak Teto pada Nunu temannya yang memberitahu Teto bahwa ada tugas mengarang cerpen dan dikumpulkan pada hari Senin. Ternyata Teto lupa akan tugas yang diberikan Pak Dodi seminggu yang lalu. Dan kini, Teto tak bisa bersenang-senang bersama teman-temannya pada malam minggu nanti. Langkah demi langkah, Teto memikirkan tentang cerita yang akan ia ketik nanti sebagai cerpennya. Bel sekolah yang kejam menyuruh Teto untuk pulang ke rumah karena waktu untuk belajar di sekolah sudah selesai, Teto pun masih terus memikirkan cerpen itu.

Cklek!
Krieet!
Blem!

Sambil memasuki rumahnya, Teto terus berpikir tentang cerpen yang akan dibuatnya hingga tertidur. Sang penguasa waktu terus berputar dan menunjukkan pukul lima sore, dan membuat Teto kaget Continue reading

PERKEMBANGAN SENI BATIK NUSANTARA (oleh: Beda Aruna Pradana)

Batik ialah lukisan atau gambar pada mori yang dibuat dengan menggunakan alat bernama canting. Di Indonesia, batik dibuat di berbagai daerah, terutama di pulau Jawa. Di pulau jawa ini masih dibedakan lagi menjadi dua yaitu batik daerah pesisiran yang merupakan batik yang berasal dari daerah pinggiran pulau yang motifnya dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa asing yang menetap, motifnya naturalis yang menggambarkan alam seperti binatang, tumbuhan, pegunungan, dan cuaca.  Dan batik Yogya-Solo yang motifnya tidak dipengaruhi oleh kebudayaan lain dan motifnya simbolik, jadi setiap gambar pada motif itu memiliki makna tersendiri.

Jawa Tengah merupakan pusat kegiatan pembatikan. Dibandingkan dengan pembatikan dari daerah lain, batik dari daerah Jawa Tengah lebih halus pembatikannya. Setiap daerah pembatikan mempunyai keunikan  dan ciri khas masing-masing, baik dari dalam ragam hias maupun tata warnanya. Namun demikian, dapat dilihat adanya persamaan maupun perbedaan antar batik berbagai daerah tersebut. Contoh batik daerah Indramayu dengan batik daerah Yogyakarta. Pada batik Indramayu tidak menggunakan cap untuk membatik seperti batik Yogyakarta yang menggunakan cap untuk membatik. Selain itu pada batik Indramayu, polanya tidak tetap sehingga tidak urut namun indah, pada batik Yogyakarta polanya tetap dan urut. Pada batik Yogyakarta memiliki ciri khas warna coklat dan warnanya yang kontras, sedangkan batik Indramayu memiliki ciri khas warna yang kurang kontras.

Motif batik bisa berbeda-beda di setiap wilayah dikarenakan pengaruh seni-seni budaya dari bangsa-bangsa asing yang menetap di Indonesia sebelum penjajahan bangsa Eropa. Bangsa-bangsa itu adalah bangsa Cina, Arab, Persia, India, dan lain-lain. Pada  pengaruh bangsa Cina bisa dilihat pada batik daerah Pekalongan dan Indramayu. Batik Pekalongan mempunyai jenis batik Encim yang dikenal dengan tata warna khas Cina, dan mengingatkan pada motif porselin-porselin Cina. Dan batik Indramayu ada ragam hias Simbolis Kebudayaan Cina yang bermotif burung Phoenix sebagai ciri khas seni rupa bangsa Cina. Continue reading