Makna Simbolis Warna Dan Motif Batik Tradisional Yogyakarta

Batik merupakan kesenian khas Indonesia yang sudah ada sejak berabad-abad yang lalu, sehingga kesenian batik sudah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia dan mengalami perkembangan motif atau pun warna karena pengaruh dari budaya setempat atau pengaruh dari kebudayaan bangsa lain yang berakulturasi dengan budaya Indonesia. Batik tradisional Yogyakarta merupakan batik (kain yang memiliki gambar atau pola tertentu) yang dibuat secara turun-temurun tanpa ada perubahan warna atau corak hanya untuk kalangan keluarga Kraton Yogyakarta yang memiliki arti filosofis tersendiri dalam warna dan corak batik tersebut.

Warna batik tradisional Yogyakarta melambangkan sifat dan nafsu manusia, warna tersebut ada tiga yaitu coklat, putih, dan hitam sebagai warna utama dalam batik tradisional Yogyakarta. Warna coklat melambangkan pribadi yang hangat, terang alami, rendah hati, bersahabat, kebersamaan, tenang dan sentosa sesuai dengan masyarakat Jawa yang mengutamakan rasa dalam segala tindak-tanduknya. Warna putih melambangkan pribadi yang suci, polos, lugu, jujur, bersih, spiritual, pemaaf, cinta, dan terang yang melambangkan sifat religius masyarakat Jawa. Warna hitam melambangkan pribadi yang gelap, misteri, kukuh, formal, dan memiliki keahlian.

Motif batik tradisional Yogyakarta memiliki makna tertentu dalam setiap bentuknya dan dipakai saat upacara tertentu. Motif grompol yang berarti berkumpulnya segala yang baik, motif truntum yang berarti sebagai panutan/penuntun, motif semen gurda yang berarti kekuatan/kekuasaan, motif sida asih yang berarti dapat saling mengasihi, motif sida luhur yang berarti semoga jadi orang yang berpangkat, motif wahyu tumurun yang berarti pengharapan agar mendapat wahyu dari Tuhan YME, dan motif tambal yang berarti sebagai penyembuh bagi yang sakit. Selain itu juga ada motif larangan yang hanya boleh dipakai oleh keluarga Kraton pada jaman sebelum bersatunya Indonesia seperti motif parang rusak barong dengan motif modang di tengahnya pada dodod atau kain jarit yang dipakai Sri Sultan yang memiliki arti simbolis filosofis dalam kebudayaan Hindu dan modang memiliki arti simbolis lidah api-api dan motif parang rusak gurda memiliki arti filosofis sebuah mahkota atau penguasa tertinggi.

Sehingga makna simbolis warna dan motif batik tradisional Yogyakarta melambangkan agar manusia yang memakai batik tersebut dapat memiliki sifat-sifat sesuai dengan makna motif batik tersebut dan dapat mengendalikan nafsu sesuai dengan makna warna batik tersebut.

One thought on “Makna Simbolis Warna Dan Motif Batik Tradisional Yogyakarta

Leave a comment